Menapak Rinjani: Ketika Semangat Tak Lagi Diukur Usia
Di tengah usia yang telah melewati setengah abad lebih, semangat itu belum padam. Pada tanggal 9–12 Mei 2025, empat orang konsultan senior KRAKATAU POSCO memutuskan untuk menantang diri dengan mendaki Gunung Rinjani, gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia yang dikenal sekaligus karena pesonanya yang memukau dan jalurnya yang menantang. Bukan hanya untuk menikmati keindahan alam, namun juga untuk menyulut kembali nyala semangat hidup yang mungkin sempat meredup oleh rutinitas dan usia.
Hari pertama pendakian disambut dengan debu pekat, tanjakan tiada henti, dan ritme napas yang mulai berat. Di usia yang mendekati 70 tahun, mereka tak lagi mendaki untuk adu cepat. Kami berjalan dalam ritme masing-masing, sambil merenungi perjalanan panjang kehidupan tentang suka, duka, pencapaian, dan kehilangan.
Ketika salah satu dari pendaki mulai kesakitan, yang lain tanpa ragu merangkul, menanggung beban bersama. Di Rinjani kami belajar bahwa persahabatan, kepedulian, dan empati tidak pernah lekang oleh waktu. Gunung ini bukan sekadar tantangan fisik, tetapi juga panggung untuk membuktikan bahwa kekuatan sejati tumbuh dari kebersamaan dan keteguhan jiwa.
Malam itu, sebelum fajar, para pendaki memulai pendakian menuju puncak. Jalur sempit, batuan curam, dan pasir yang licin menguji kesabaran dan tekad. Setiap langkah di kegelapan dini hari adalah simbol perjuangan, napas tersengal menjadi irama tekad yang tak terhentikan.
Dan saat langit mulai menyingsingkan fajar, para pendaki akhirnya berdiri di ketinggian 3.726 meter. Di sana, Danau Segara Anak memancarkan kilau keemasan yang tak terlupakan, dan mereka mengibarkan bendera Korea dengan perasaan bangga dan haru. Di tanah rantau, di atas puncak tertinggi, mereka membuktikan bahwa semangat tidak pernah mengenal usia, dan bahwa impian tak pernah memiliki tenggat waktu.
Turun dari gunung, langkah terasa lebih ringan bukan karena medan yang menurun, tetapi karena hati yang telah dipenuhi dengan makna baru. Rinjani bukan hanya tentang gunung dan alam, tapi tentang kemenangan atas keterbatasan, dan keberanian untuk terus bergerak melampaui usia.
“Kami pulang membawa lebih dari sekadar cerita. Kami pulang dengan nyala baru di dalam diri, semangat yang segar untuk menghadapi hari-hari ke depan. Di tengah senja kehidupan, kami membuktikan bahwa hidup masih penuh cahaya, dan bahwa tidak ada kata “terlambat” untuk memulai kembali, menantang diri, dan merayakan hidup sepenuh hati.” , ujar salah satu pendaki.
Melalui perjalanan ini, kita pun kembali diingatkan bahwa semangat tinggi harus selalu berjalan seiring dengan keselamatan diri dan kepedulian terhadap orang lain. Karena hanya dengan selamat, setiap cerita dapat terus dilanjutkan, dan setiap impian datap terus dikejar.